Sumber : https://www.valuewalk.com/2020/10/vpa-flegt-indonesian-palm-oil/
Peraturan Uji Tuntas/ Due Diligance yang diusulkan oleh Inggris menjadi gagasan menarik terkait pengaturan VPA-FLEGT untuk minyak sawit Indonesia.
Apakah memungkinkan?
Seperti diketahui, VPA (Voluntary Partnership Agreement) antara Indonesia dan Uni Eropa mengatur yang memverifikasi legalitas produk kayu yang keluar dari Indonesia yang dijual di Uni Eropa. Perkembangan bilateral dari SVLK memberi ‘lampu hijau’ bagi eksportir kayu dan kertas Indonesia setelah sebelumnya wajib uji tuntas atas produk kayu yang dijual di Uni Eropa.
Secara sederhana, sistem SVLK mensyaratkan verifikasi kayu dan produk kayu sebagai legal standing dalam negeri yang menjadi salah satu persyaratan perizinan ekspor untuk produk perkayuan. Pengembangan SVLK telah berlangsung lama, tetapi berhasil memberikan dasar hukum bagi banyak ekspor kayu Indonesia.
Akankah sistem berhasil untuk ekspor minyak sawit Indonesia?
Inggris dalam komunikasinya dengan Indonesia menyatakan keinginannya untuk memperkuat ISPO. ISPO telah melakukan revisi standar untuk memperluas cakupan. Selain itu, penguatan kemandirian lembaga sertifikasi juga tidak kalah penting.
Proses ‘penguatan’, standar ISPO telah berlangsung selama beberapa tahun dengan sejumlah konsultasi kepada pemangku kepentingan terkait di Indonesia.
Standar Legalitas ISPO
Sangat tidak mungkin Inggris akan berusaha merombak proses ini sepenuhnya yang pada akhirnya mengulangi proses yang telah terjadi. Mereka juga telah menyatakan dalam preferensinya untuk memperkuat ISPO untuk hasil dari emisi lahan gambut dan hutan alam yang tampaknya sudah tercakup dalam kebijakan moratorium hutan. Oleh karena itu tentunya akan tercakup dalam standar ISPO.
Pertanyaan berikutnya adalah apakah Inggris ingin melihat sistem perizinan ekspor minyak sawit masuk ke Inggris. Inggris tidak mengimpor minyak sawit dalam jumlah besar, kira-kira sepertiga hingga seperempat impor minyak sawitnya berasal dari Indonesia, dengan sebagian dari itu melalui Belanda.
Sekitar 50 juta Dollar mengalir secara langsung dari Indonesia ke Inggris. Biaya penerapan sistem perizinan ekspor dan verifikasi yang rumit untuk eksportir Indonesia mungkin mendekati angka tersebut. Akankah Inggris ingin menghabiskan sebanyak ini mengingat ada produk ‘deforestasi’ penting lainnya, seperti kedelai atau daging sapi, juga memasuki Inggris?
Apa memungkinkan dilakukan dengan mendorong sistem lacak balak yang lebih kuat untuk pengaturan kerjasama bilateral Indonesia-Inggris di bawah ISPO guna menghindari kebutuhan yang mendefinisikan ulang standar, tetapi sebaliknya akan memberikan lapisan verifikasi tambahan untuk importir di Inggris.
Sebagai catatan bahwa pendekatan ini digunakan oleh sistem sertifikasi kayu seperti PEFC dan FSC, yang keduanya ada di Indonesia.
Produk Perkayuan
Ada alasan menarik bahwa pendekatan ini bisa berhasil dengan baik untuk minyak sawit Indonesia. Memproduksi produk kayu cukup rumit. Tidaklah mungkin untuk selalu memverifikasi asal kayu dari produk kayu yang didasarkan pada produk ‘campuran’ seperti kertas atau partikel board.
Yang dilakukan oleh sistem FSC dan PEFC adalah memberikan jaminan dengan meminimalkan risiko ilegalitas dalam lacak balak seperti kepemilikan dan legalitas produk di seluruh rantai pasokan.
Pendekatan serupa dapat berhasil dengan kelapa sawit dan ISPO. Bagaimanapun, inilah yang seharusnya dilakukan uji tuntas. Memang tidak memberikan garansi untuk rantai pasokan ‘bebas deforestasi’ untuk produk apa pun, tetapi dapat secara signifikan mengurangi risiko, dan memberikan jalan untuk ketertelusuran dan masalah lain yang muncul.
Jenis sistem ini memiliki kesejajaran dengan sistem jaminan kualitas (QA). Memang tidak sepenuhnya sempurna, tetapi memungkinkan perbaikan sistem yang berkelanjutan dan kemampuan untuk menemukan kesalahan pada sistem.
Apa yang diminta oleh banyak LSM di dunia Barat adalah sistem yang sepenuhnya aman dari kegagalan, atau sistem yang memungkinkan terlalu banyak intervensi. Idealnya, sistem ini akan tetap ada. Dalam hal ini, dorongan Inggris untuk VPA pada minyak sawit harus mempertimbangkan model lacak balak yang lebih kuat. Ini seharusnya tidak bertujuan untuk mengubah pola, tetapi dapat membantu pola yang ada lebih maksimal.